Prompt tulisan harian
Apa yang menjadikan seorang guru hebat?

Bagi saya guru hebat adalah guru yang mampu menginspirasi siswanya sehingga menjadi lebih baik. Begitu banyak definisi guru, tapi bagi saya guru adalah orang yang mampu mengajarkan nilai-nilai kehidupan, sehingga mengubah seseorang menjadi lebih baik. Guru adalah pofesi yang begitu mulia jika saja orang tersebut benar-benar tulus menjadi guru, tak lagi memikirkan materialisme belaka.

Jujur, saya tak mungkin bisa menjadi seperti sekarang, jika tanpa didikan para guru hebat. Di setiap jenjang sekolah, saya selalu memiliki guru favorit yang menjadi panutan. Yang paling saya ingat, saya mengagumi Ust. Agus Arif Rahman, guru di madrasah tsanawiyyah; Pak Asep Rahmat, Pak Iyus Rustandi, Bu Hj. Siti Sumarni, Bu Len Yerni, Bu Ida Widawati, Pak Rusman, guru-guru hebat saya di SMA; Bu Ai Nur Sholihat, Bu Rd. Roro Suci, dosen-dosen hebat saya di S1, serta yang tercinta Papa Hj. Cucu Hidayat selaku Dekan FKIP. Tak hanya itu, begitu magang menjadi guru di sebuah SMA Negeri, ada juga guru-guru yang saya kagumi seperti Bu Hj. Enok selaku guru pamong, dan Pak Hari Setiadi selaku kurikulum. Begitu pertama kali bekerja di sebuah SMA Negeri, lagi-lagi saya mengagumi sosok guru hebat, Pak M. E. Suhartono selaku kurikulum yang kini sudah menjadi Kepala Sekolah di SMA Negeri yang lain.

Lantas, apa yang menjadikan mereka hebat? Masing-masing memiliki karakteristik yang unik. Dan saya selalu menyukai orang-orang dengan karakter unik dan berprinsip kuat. Mereka menginspirasi saya hingga berusaha menjalani kehidupan yang lebih baik.

Dimulai dari Ust. Agus Arif Rahman, beliau mengajari saya pelajaran Qur’an Hadits. Uniknya beliau sangat jarang memberikan ulangan, sangat jarang memberikan tugas, tapi beliau tahu siapa saja yang sering memperhatikan, sehingga bagi saya beliau memberikan nilai dengan adil. Banyak hal lain yang membuat saya begitu mengagumi beliau, tapi akan terlalu panjang untuk dituliskan, dan terlalu sentimen karena saya mengagumi beliau lebih banyak karena perasaan bukan karena kenyataan. Tapi, intinya, beliau menginspirasi saya, mengubah saya untuk menjalani hidup dengan lebih baik.

Dilanjut di jenjang SMA, saya bertemu Pak Asep Rahmat, karakternya mirip Ust. Agus, sangat jarang memberikan ulangan. Bedanya beliau sangat sering memberikan tugas, tapi menurut saya nilai yang beliau berikan juga adil. Hal lain yang membuat beliau unik adalah di satu sisi humoris, di sisi lain begitu misterius. Saya artikan beliau mampu menempatkan diri, di mana dan kapan waktu yang tepat untuk menjadi ramah, dan kapan untuk menjaga diri. Di satu sisi ramah, di sisi lain tetap punya wibawa. Saya begitu menyukai orang-orang yang berwibawa, dan tidak menyukai orang-orang yang terlalu ramah. Banyak cerita-cerita tentang beliau yang membuat saya sangat mengaguminya, tapi lagi-lagi sentimen, lebih tinggi faktor perasaannya. Mungkin karena waktu itu saya masih remaja, belum terlalu mendahulukan logika.

Di kelas 12, saya bertemu Pak Iyus Rustandi, guru bahasa Inggris yang juga berkarakter unik. Selalu memberikan humor yang membuat orang harus berpikir baru tertawa. Sama seperti Pak Asep, di satu sisi humoris, di sisi lain sangat tegas, sehingga tidak diremehkan oleh orang lain, begitu dihormati.

Bu Hj. Siti Sumarni, guru matematika di kelas 11. Beliau sangat tegas, tapi sangat baik. Beliau tidak hanya mengajar, tapi juga mendidik. Berkat beliau, saya jadi paham matematika di SMA, dan saya jadi menyukai matematika karena saya bisa. Ada ucapan beliau yang masih saya ingat sampai sekarang, “Jadilah orang sholeh, jangan jadi orang pintar. Karena orang sholeh pasti pintar, sedangkan orang pintar belum tentu sholeh”

Bu Len Yerni, guru geografi yang sangat sabar. Karena beliaulah akhirnya saya yang hampir putus asa, mengikuti SBMPTN dan akhirnya kuliah di perguruan tinggi negeri. Padahal waktu itu sudah menyerah untuk kuliah di perguruan tinggi swasta. Berkat dorongan beliau, saya bisa menjadi seperti sekarang. Saya pun paham alasan beliau mendorong saya untuk tidak menyerah waktu itu. Memang sangat terasa bedanya. Dari beliau juga ada kutipan yang masih saya ingat sampai sekarang, “Jangan terlalu memikirkan perbuatan buruk orang lain, jangan sampai kita sakit karena memikirkannya”

Bu Ida Widawati, beliau yang membuat saya jadi sangat paham dalam ekonomi dan akuntansi. Ilmu yang saya kuasai sekarang adalah karena bimbingan beliau. Setiap detail yang saya ketahui sekarang adalah karena beliau selalu mengajarkan dengan rinci hingga saya tahu hal-hal kecilnya. Beliau sangat berjasa dalam hidup saya, tanpa beliau saya tidak bisa menjadi seperti sekarang.

Pak Rusman, guru akuntansi di kelas 12. Saya mengagumi beliau karena beliau sangat unik. Orang yang sangat pintar. Setiap masuk kelas seringkali hanya membawa penggaris kayu yang panjang. Semua materi, teori, soal dan jawabannya sudah ada di kepala. Serius, tegas, tapi tetap humoris. Dan yang sangat saya suka adalah ketika ulangan beliau selalu mengawas dengan tegas. Jika ada yang ketahuan berbuat curang, langsung dirobek kertas ulangannya.

Di perkuliahan, ada sosok Bu Ai Nur Sholihat yang tegas, pintar, menjelaskan dengan sangat detail sampai kami paham, selalu menjawab setiap pertanyaan, dan begitu produktif di tengah kepadatan aktivitasnya, karena beliaulah saya terinspirasi menjadi orang yang produktif dan akhirnya mampu menelurkan beberapa karya. Betul-betul guru yang sangat hebat bagi saya. Begitu pun Bu Rd. Roro Suci, bedanya Bu Roro lebih lembut. Hanya sedikit perbedaan. Bagi saya keduanya sosok wanita hebat yang sangat menginspirasi.

Selama S1, ada sosok yang belum pernah mengajar saya di kelas, tapi sangat saya kagumi. Beliau adalah Dekan FKIP, Pak H. Cucu Hidayat. Kenapa saya sangat mengagumi beliau? Semua bermula di masa ospek. Ketika para senior menyuruh kami melaksanakan sholat dzuhur di lapangan, beberapa mahasiswa baru ada yang dimarahi karena sholat di masjid. Setelah sholat dzuhur selesai, kami kembali ke gedung dan mendapat ceramah dari Pak Dekan. Di pembukaan beliau mengatakan, “Saya heran, kenapa orang yang sholat di masjid dimarahi…” Di situlah saya terpesona, di tengah-tengah kehidupan seperti ini, masih ada orang berpangkat tinggi yang peduli terhadap agama. Sejak saat itu, saya mengagumi beliau dan selalu mengikuti aktivitasnya. Ternyata, selain berwibawa, beliau juga menjalankan perintah agama dengan baik. Selalu sholat di masjid, bahkan sering menjadi imam. Tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenis, bahkan ketika bersalaman. Dan banyak cerita tentang begitu baiknya beliau. Salah satunya yang membuat saya sangat kagum adalah kisah ketika beliau masih menjadi dosen. Ketika dosen-dosen lain masih menerima gratifikasi, beliau tidak pernah menerimanya. Hidup menerapkan prinsip memang sulit, tapi saya melihat contoh nyata bahwa masih ada orang yang mampu melakukannya.

Ketika magang, Bu Hj. Enok, guru pamong saya juga sangat menginspirasi. Dari beliau saya belajar bahwasannya guru harus memiliki batasan, harus punya sikap tegas dan kewibawaan. Dari beliau juga saya belajar untuk menyiapkan masa depan alias persiapan finansial. Beliau membuat saya terpacu untuk melek finansial karena saya ingin seperti beliau, menikmati masa tua karena sudah dipersiapkan di masa muda.

Selain guru pamong, kurikulum di sekolah tersebut juga menginspirasi saya, Pak Hari Setiadi. Waktu itu, beliau sudah 10 tahun menjadi kurikulum di sana. Sosoknya pintar, tidak banyak bicara, sangat misterius karena susah sekali bagi saya menemukan media sosialnya. Tapi justru orang misterius seperti ini yang membuat saya terpesona. Misterius artinya pandai menjaga diri, tidak banyak tebar pesona, dan berarti pandai menahan diri untuk tidak sembarang menyebarkan aktivitasnya. Sosok seperti ini yang sulit sekali ditemukan di zaman ini.

Terakhir, lagi-lagi kurikulum di SMA Negeri, Pak M.E. Suhartono. Begitu pertama kali bertemu beliau, sosoknya berwibawa, ramah, dan terlihat pintar. Seiring berjalannya waktu, saya semakin mengenal beliau. Sosok yang mendahulukan keluarga, tegas, memegang prinsip dengan kuat, dan berani, meski terkadang keras kepala, diam-diam beliau menerima saran jika memang seuai kenyataan yang ada. Ketika orang lain banyak berpikiran A, dan beliau berpikiran B, beliau tidak goyah untuk mempertahankan pilihannya meskipun banyak tantangan dan tentangan. Mentalnya sangat kuat. Saya selalu mengagumi orang-orang yang berani mempertahankan prinsipnya bahkan ketika dia hanya sendiri. Saya selalu mengagumi orang-orang yang berani berbeda, tidak mengikuti arus untuk menjadi sama. Dan dengan sifat-sifat beliau yang kokoh, kini beliau menjabat sebagai Kepala Sekolah. Dari beliau saya belajar untuk terus berkembang. Hidup harus punya ambisi, harus punya tujuan, harus punya mimpi. Orang-orang yang tak memilikinya hanya akan menjalani hidup biasa seperti yang lainnya, tidak istimewa. Menjelang kepindahan saya ke sekolah lain, beliau mengucapkan selamat, dan berpesan, “Bekerjalah dengan ikhlas dan profesional, insyaa Allah rezeki akan selalu mengalir”

Terima kasih kepada guru-guru hebat! Masih banyak guru-guru hebat lain yang tidak saya cantumkan di sini karena keterbatasan saya untuk menulis. Untuk semua guru-guru saya, untuk semua guru-guru di dunia ini yang bekerja dengan tulus ikhlas, saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Tuhan tidak tidur. Semuanya akan dibalas dengan ganjaran yang tak terhingga. Terima kasih!

pub-3750355515193718